APAKAH FILSAFAT?

Diposting oleh Unknown | 04.34 | 0 komentar »


APAKAH FILSAFAT? Seseorang yang berfilsafat dapat diumpamankan sebagai seorang yang berpijak di bumi dan menengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Atau seseorang, yang berdiri di puncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah di bawahnya. Dia ingin menyimak kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya. Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh, radikal. Seorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendrii. Dia ingin melihat hakekat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral dan kaitan ilmu dengan agama. Dia ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya.


 “Bagaimana caranya agar saya mendapatkan kekuasaan yang benar?” sambung orang awam itu, penuh hasrat dalam ketidaktahuannya. “Mudah saja,” jawab filsuf itu, “ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu.” Kekuasaan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita ketahui dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengkoreksi diri, semacam keberanian untuk berterusterang, seberapa jauh sebenarnya yang dicari telah kita jangkau.

Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku Sekolah Dasar sampai pendidikan lanjutan seperti Perguruan Tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri: Apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah ciri-cirinya yang hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu? Bagaimana saya ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar? Kriteria apa yang kita pakai dalam menentukan kebenaran secara keilmuannya? Mengapa kita mesti mempelajari ilmu? Apakah kegunaan yang sebenarnya?.


Demikian juga filsafat berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah kita ketahui: Apakah ilmu telah mencakup segenap pengetahuan yang seyogyanya saya ketahui dalam kehidupan ini? Di batas manakah ilmu mulai dan di batas manakah dia berhenti? Ke manakah saya harus berpaling di batas ketidaktahuan ini? Apakah kelebihan dan kekurangan ilmu? (mengetahui kekurangan bukan berarti merendahkanmu, namun secara sadar memaafkan, untuk terlebih jujur dalam mencintaimu).

Ini semua adalah kehendak atau kekuasaan yang ada pada diri setiap individu, enth seseorang memiliki ilmu di bidangnya atau tidak memiliki ilmu namun mempunyai pengetahuan.

Disini dalam tulisan penulis ingin mengedepankan kekuasaan pada setiap individu, ditelaah secara filosofis, bukan secara parsial atau hanya sebatas, lebenwelt (pengetahuan yang di dapat secara pengalaman, dan di cerap secara intersubjectif).

Maka  untuk lebih tepat pada pembahasan tentang filsafat kekuasaan, tidak di batasi tentang siapa, apa, lembaga atau apapun namanya dalam ruang lingkup “paradigma yang “melembaga” juga kuasa  bukanlah milik melainkan strategi, biasanya kuasa disamakan dengan milik.Kuasa dianggap sebagai suatu yang dapat diperoleh, disimpan, dibagi, di tambah, atau dikurangi.Kuasa tidak dimiliki tapi di praktekkan dalam suatu ruang lingkup di mana ada banyak posisi yang secara strategi berkaitan satu sama lain dan senantiasa mengalami pergeseran.

Dan kuasa  tidak dapat di lokalisasikan tetapi terdapat di mana-mana, kadang kuasa di kaitkan dengan orang atau lembaga tertentu, khususnya aparat negara, tetapi strategi kuasa berlangsung di mana-mana, di mana saja terdapat susunan, aturan-aturan, sistem-sistem, dimana saja ada manusia yang mempunyai hubungan satu sama lain dan dengan dunia, di situ kuasa sedang bekerja, kuasa tidak datang dari luar, tetapi menetukan aturan-aturan , dan hubungan itu dari dalam, malah memungkinkan semua itu. Sebagai contoh boleh di sebut hubungan-hubungan yang menyangkut keluarga, seksualitas, media komunikasi, dinas kesehatan, pendidikan, dan ilmu pengetahuan.Contoh lain setiap manusia mengenal beberapastrategi kuasa yang menyangkut kebenaran: beberapa diskursus diterima dan diedarkan sebagai benar. Ada instansi-instansi yang menjamin perbedaan antara benar dan tidak benar.Ada macam-macam aturan dan prosedur untuk memperoleh dan menyebarkan kebenaran.

SeDemikian juga filsafat berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah kita ketahui: Apakah ilmu telah mencakup segenap pengetahuan yang seyogyanya saya ketahui dalam kehidupan ini? Di batas manakah ilmu mulai dan di batas manakah dia berhenti? Ke manakah saya harus berpaling di batas ketidaktahuan ini? Apakah kelebihan dan kekurangan ilmu? (mengetahui kekurangan bukan berarti merendahkanmu, namun secara sadar memaafkan, untuk terlebih jujur dalam mencintaimu).cara khusus perlu kita perhatikan perkaitan antara kuasa dan pengetahuan.Pengetahuan tidak berasal dari salah satu subyek yang mengenal, tetapi dari relasi-relasi kuasa yang menandai subyek itu.Pengetahuan berada di dalam relasi-relasi kuasa itu sendiri.Kuasa memproduksi pengetahuan dan bukan saja karena pengetahuan berguna bagi kuasa, sama halnya dengan pengetahuan dan khususnya ilmu pengetahuan menyediakan kuasa              ( Science,Knowledge Is Powe,r sepertidi katakan francis Bacon).


Free will atau kehendak, kuasa

Al-Jubba’i dari kalangan Mu’tazilah, dalam pandangan teologi nya manusia dipandang mempunyai daya yang besar lagi bebas, bahwa manusia yang menciptakan perbuatan-perbuatannya, manusia berbuat baik dan buruk, patuh dan tidak patuh kepada Tuhan atas kehendak dan kemauannya sendiri.Dan daya (al-Istita’ah) untuk mewujudkan kehendak itu telah terdapat dalam diri manusia sebelum adanya perbuatan, perbuatan manusia bukanlah melulu dari tuhan tetapi manusia sendirilah yang mewujudkannya perbuatan.
Perbuatan ialah apa yang dihasilkan dengan daya yang bersifat baharu, manusia adalah makhluk yang dapat memilih.jadi kemauan dan daya kuasa adalah manusia sendiri dan tak turut campur dalamnya kemauan dan daya TuhanOleh karenaya perbuatan manusi adalah perbuatan manusia bukan perbuatan Tuhan.Lebih lanjut mengapa demikian adalah menerangkan jka manusia berbuat jahat terhadap sesama manusia, sekiranya perbuatan jahat itu adalah perbuatan Tuhan, dan Tuhan yang demikian berbuat zhalim.Hal ini tak dapat di terima oleh akal.






Kesimpulan dari uraian diatas dapat di gambarkan sebagai berilut:


Kehendak                                            Daya                                        Perbuatan
 Manusia                                              Manusia                                   Manusia

 Tuhan                                                 Tuhan(relatif)                          Manusia
 Tuhan                                                 Manusia(Relatif)                     Manusia
 Tuhan                                                 Tuhan                                      Tuhan

Jadi secara kesimpulan sementara adalah manusia bebas kehendak dan berkuasa atas perbuatan-perbuatannya, kebebasan manusia tidak mutlak.Kebebasan dan kekuasaan manusia  dibatasi oleh hal-hal yang tak dapat dikuasai manusia sendiri, umpamanya manusia datang ke dunia ini bukanlah atas kemauan dan kekuasaannya, Seorang dengan tak disadari dan diketahuinya telah mendapati dirinya berada di bumi ini.Demikian pula menjauhi maut; tiap orang pada dasrnya ingin terus hidup dan tidak ingin mati.Tetapi bagaimanapun sekarang atau besok maut datang juga, Kebebasan dan kekuasaan manusia sebenarnya di batasi oleh hukum alam.Pertama-tama manusia tersusun antara lain dari materi.Materi adalah terbatas, mau tak mau manusia  sesuai dengan unsur materinya, bersifat terbatas.

Untuk membatasi uraian penulis secara kuasanya

Kebebasan dab Kekuasaan manusia sebenarnya terbatas dan terikat pada hukum alam.Kekuasaan manusia sebenarnya, hanyalah memilih hukum alam mana yang ditempuh dan diturutinya.Hal ini perlu di tegaskan, karena bisa disalah artikan mengandung paham, bahw manusia adalah bebas-sebebasnya dan melawan kehendak dan kekuasaan Tuhan.Hukum alam pada hakikatnya merupakan kehendak dan kekuasaan Tuhan, yang tak dapat dilawan dan ditentang manusia

Sehinga secara filosofis kuasa adalah:
  • Kemerdekaan dalam kemauan dan perbuatan yang menurut pendapat manusia ada pada dii manusia
  • Keadaan Tuhan menjatuhkan hukuman bukan sewenang-wenang, tetapi berdasarkan atas kemerdekaan manusia dalam mempergunakan daya yang diciptakan Tuhan dalam dirinya untuk berbuat baik atau berbuat jahat


Sumber dari:

  • Nasution, Harun, Teologi Islam:aliran-aliran, sejarah analisa/ dan / perbandingan / Harun Nasution.-Cet. 5. – jakarta Penerbit universitas Indonesia (UI-Press), 1986
  • Kritik atas essai Amanna, Bellamia, Essai: Seni dan Kekuasaan(Seni di jadikan kendaraan politik...),jurnal mejabudaya hal.8
  • Sastrapratedja.M, editor. Manusia Multi Dimensional:Sebuah renungan filsafat

0 komentar